Megapolitan.co – Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto hadir bukan sekadar membuka ruang belajar baru, tetapi juga memberi harapan baru bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan menjadi generasi mandiri.
Program ini secara khusus menyasar siswa dari keluarga tidak mampu, terutama mereka yang terdaftar dalam desil 1 dan 2 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekstrem Nasional (DTSEN).
Tak hanya mengajarkan teori di kelas, Sekolah Rakyat membentuk karakter, mental, dan keterampilan agar lulusannya siap kerja dan tangguh menghadapi tantangan kehidupan.
Dalam pelaksanaannya, dua kementerian besar dilibatkan, yaitu Kementerian Sosial (Kemensos) sebagai pengendali utama, dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagai mitra teknis penyusun kurikulum dan penyedia tenaga pendidik.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan bahwa Sekolah Rakyat memiliki peran penting dalam membangun keseimbangan antara kemampuan akademik dan karakter siswa.
“Dua kurikulum ini penting karena tidak hanya mematangkan pelajar dari sisi akademis, tetapi juga kepribadian mereka. Apalagi Sekolah Rakyat ini berbentuk boarding school,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (29/10/2025).
Gus Ipul menjelaskan, pelaksanaan program ini berlandaskan tiga kurikulum utama, yakni akademik, karakter, dan keterampilan.
Kurikulum akademik disusun mengacu pada standar nasional pendidikan, sedangkan kurikulum karakter dan asrama menitikberatkan pada kedisiplinan, kepemimpinan, serta penanaman nilai kebangsaan.
Sementara itu, kurikulum keterampilan atau vokasi diarahkan agar siswa memiliki kemampuan praktis untuk bekerja atau membuka usaha sendiri.
Lebih jauh, sistem pembelajarannya juga adaptif dengan perkembangan zaman. Dengan konsep multi-entry dan multi-exit, siswa dapat menyesuaikan waktu belajar sesuai kebutuhan.
Sebelum memasuki masa belajar formal, setiap siswa mengikuti pelatihan dua minggu untuk pembinaan fisik, mental, dan disiplin.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa kerja sama ini akan dijalankan secara sinergis sesuai dengan amanat presiden.
“Sesuai dengan Inpres, Sekolah Rakyat tetap di bawah Kementerian Sosial. Kami bermitra dalam dua hal: pengadaan dan rekrutmen guru serta penyusunan kurikulum,” ujar Abdul Mu’ti.
Menurutnya, kebutuhan tenaga pendidik akan menyesuaikan dengan jumlah sekolah yang dibuka di berbagai daerah.
“Kurikulum yang disiapkan berada di bawah kendali kami,” tambahnya.
Untuk mendukung pembelajaran, Sekolah Rakyat juga menggunakan Learning Management System (LMS) yang memantau progres siswa secara real-time, sekaligus menerapkan pendekatan individual learning agar setiap anak belajar sesuai kemampuan masing-masing.
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 2, Maragoti, menyebutkan bahwa dampak positif program ini mulai dirasakan di lapangan.
“Siswa di sini dimuliakan oleh Pak Presiden. Mereka yang miskin dan miskin ekstrem diberikan pendidikan gratis sekaligus berkualitas, dengan kurikulum yang berbeda dan lebih relevan,” ujarnya.
Program Sekolah Rakyat bukan sekadar proyek pendidikan, melainkan gerakan sosial untuk memutus rantai kemiskinan antargenerasi.
Dengan kolaborasi antara Kemensos dan Kemendikdasmen, pemerintah menegaskan bahwa setiap anak, tak peduli seberapa miskin latar belakangnya, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengubah hidupnya.






Tinggalkan Balasan